Mencari Keberkahan Hidup
Khotbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ
وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ أَنْ لاَ
اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ
الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ
تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Jamaah Jum’at yang dimuliakan
Allah
Berkah ini sering kita jadikan
tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Keberkahan membuat hidup kita
menjadi bahagia. Di pesantren, kita diajarkan yang penting mencari berkah,
bukan sekadar kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka
ilmu tersebut bisa menjadi malapetaka.
Orang tua kita juga memberi pesan
agar dalam hidup, yang kita cari adalah berkah. Dan berkah ini tidak selalu
berkorelasi dengan banyaknya harta yang kita miliki. Ada sebuah hadits yang
sering dijadikan doa, terutama kepada pengantin yang seringkali dijadikan
sebuah kutipan dalam undangan pernikahan.
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا
Artinya: “Semoga Allah memberi
berkah untukmu, memberi bekas atasmu, dan menghimpun yang terserak di antara
kalian berdua.” (HR
At-Turmudzi)
Dalam kajian ilmu Nahwu kalimat “laka”,
itu digunakan untuk hal-hal yang sifatnya menguntungkan atau menyenangkan.
Kalau yang tidak enak, menggunakan kata “alaika”. Ternyata, bahasa laka dan alaika digunakan oleh
Rasulullah dalam hadits tersebut supaya orang itu mendapat keberkahan baik dari
hal yang enak maupun yang tidak enak. Semuanya ada nilai keberkahannya. Bagi
sementara orang, keberkahan itu sesuatu yang enak secara fisik saja. Padahal
bisa jadi, yang tidak enak itu lah yang sebenarnya menjadi berkah.
Misalnya, setelah menjadi seorang
anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu yang tampaknya enak,
berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata malah membawa
bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan beristirahat,
maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen yang tidak diperoleh lantaran kesibukan
dirinya. Ini menunjukkan bahwa antara yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan, sama-sama mendapat peluang mendapat keberkahan.
Bertambahnya sesuatu juga belum
tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang
tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya juga belum
tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga belum tentu
mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan diri, bukan
untuk diajarkan kepada orang lain atau untuk menambah keimanan kepada
Allah.
مَنِ ازْدَادَ عِلمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدىً لَمْ يَزْدَدْ مِنَ
اللهِ إِلّا بُعْدًا
Artinya, “Barangsiapa bertambah
ilmunya namun tidak bertambah petunjuk yang ia raih, niscaya dia hanya menambah
jauh jarak dari Allah”
Jadi ilmu tambah bukan berarti
semakin dekat dengan Allah. Ini adalah cerminan dari ilmu yang tidak
berkah.
Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan
Allah,
Berkah itu maknanya kebahagiaan.
Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran fisiknya. Benarkah
demikian? Dalam pandangan agama, tanda-tanda kebahagiaan tidak selalu yang
tampak secara dhahir. Karena tampilan lahiriah sejumlah orang bisa saja seolah
bahagia, tapi batin mereka menderita.
ومِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
"Di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. (QS: al-Rum 21)
Sebagai salah satu tanda
kekuasaan Allah adalah Ia menciptakan istri-istri yang dapat menentramkan jiwa
dan menciptakan kasih sayang antara keduanya. Kebahagian rumah tangga bukan
terletak pada kecantikan istri atau kekayaan suami. Misalnya, apa iya kalau
punya istri cantik terus berbahagia. Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah
pusing. Belum tentu mendapat kebahagiaan. Betapa banyak pasangan cantik rupawan
yang justru berakhir pada perceraian. Bahkan rata-rata penggugat datang
dari perempuan. Ini bukti bahwa mereka tidak bahagia. Karena itu, hal yang
bersifat dhahir menarik tidak menjamin rasa bahagia. Standar untuk menilai
kebahagiaan keluarga tidak dilihat dari harta apa yang dimiliki, tetapi apakah
suami istri tersebut memiliki akhlak yang baik. Jika mereka memiliki akhlak
yang mulia, insyaallah mereka akan berbahagia.
Keberkahan bisa kita raih dengan
senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala seraya terus
menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, qana’ah, gemar
bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain.
Demikianlah
khutbah singkat pada hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada kita
semua. Amiin ya Rabbal ’alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ
هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ
اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ،
وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ
اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ
وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ
وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ
نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا
طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ
مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ،
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar